Kamis, 21 Februari 2013

Menanti Visa Grant (dg gaya cerita anti-klimaks)

Alhamdulillah, syukur yang tak terkira, orang sunda bilang "bingah" atau "bungah", lupa jarang pake kata itu sih, hehe. Hari ini, di pagi hari, seperti pagi-pagi sebelumnya jika aku bisa mengakses email-ku, yang kuharap muncul adalah email dari Hobart mengenai notification of grant of visa karena sudah lama aku menanti sejak aku menyelesaikan urusan aplikasi visa di bulan Januari tanggal 6.

I really feel bad at that time. Furthermore, di malam rabu yakni dua malam yang lalu, aku bermimpi buruk mengenai tidak dapatnya aku mendapat visa. Sejak itu, aku jadi benar-benar tahu jika aku tidak jadi ke Australia, aku bisa sedih and feel really bad. Alhamdulillah, mimpi itu benar-benar mimpi tidaklah menjadi nyata karena pada hari ini, setelah aku pulang dari Farm Organik membeli benih kangkung, aku mendapat kabar gembira.

Pagi tadi, meski merasa tidak tenang alias gelisah, life must go on buddy jadi aku singkirkan sejenak kegelisahanku itu dan aku mandi lalu pergi. Aku sudah janji untuk mengisi acara di Sekolah Ibu siang tadi, berbagi ilmu tentang menanam sayuran organik. Oleh karena itu tadi pagi aku pergi ke Farm organik untuk membeli benih kangkung sebagai salah satu bahan untuk menunjukkan bagaimana langkah awal menanam kangkung secara organik. Entah aku berangkat jam berapa dan tiba di rumah kembali jam berapa. Yang pasti ketika aku tiba di rumah dan melihat HP, eh ada pemberitahuan email masuk yang datang di inbox jam 10.33. Dan tak dinyana itu email dari Hobart tentang notifikasi visa. Saat itu, aku belum merasa tenang karena ada dua kemungkinan yang terkandung dalam email itu, dapat atau tidak dapat. Dengan jantung berdebar lebih kencang, aku membuka lampiran dalam email yang ternyata...I am granted visa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! What a day! Bersyukur bersyukur alhamdulillah dan akupun kemudian sujud syukur, sangat berterima kasih pada Ilahi Rabbi yang memberi karunia ini dan segala nikmat tak terkira, tak terhitung, amat sangat banyaaaaaaak sekali..h! Trus aku kabari, pertama kali, ibu dan bapak lalu kakak, sahabat-sahabat, dosen juga, dan seterusnya. 

Di masa penantianku sebelumnya, perasaanku tak tentu, kadang naik kadang turun. Turun ketika aku ingat bahwa aku belum mendapat kepastian: bisa pergikah aku ke Australia? Naik ketika ada hal-hal yang menggembirakan karena walaupun ada kepedihan Allah selalu memberi nikmat lain yang banyak yang harus disyukuri.

Di masa penantianku, aku berusaha berdo'a di waktu-waktu terbaik, selagi bisa. Ketika turun hujan, jika ingat, aku berdo'a agar dipermudah semua urusanku termasuk kepastian berangkat ke Australia. Di sepertiga malam, ketika aku bisa bangun dan sholat, ku panjatkan berbagai do'a yang salah satunya minta dipermudah urusan termasuk visa. Ketika berbuka puasa, aku berdo'a salah satunya tentang visa. Saat sholat dhuha ketika meminta "Ya Allah jika rejekiku di langit maka turunkanlah, jika di dalam bumi maka keluarkanlah..." dalam hati membayangkan rejeki pergi ke Australia: apakah ini rejekiku ya Allah. Dan jawabannya iya insya Allah, karena Allah, atas karunia Allah Yang Maha Baik. Tapi di setiap ibadah yang di dalamnya ku sisipkan do'a mengenai visa, aku tetap berharap bahwa dan berusaha agar ibadah yang kulakukan bukanlah untuk mendapat visa melainkan mendapat keridhaan Allah dan sebagai bekalku di akhirat. Aamiin. Allah memang Maha Baik. He is the Best Disposer of my affairs.

He is INDEED the Best Disposer of my affairs. Meskipun, sangat lama bahkan lebih dari sebulan tidak kunjung ada kepastian visa, tanpa aku sengaja memberi tahu, banyak orang dan semakin lama semakin banyak orang yang tahu tentang rencana kepergianku ke Australia. Padahal aku sendiri ingin mengabari banyak orang jika sudah ada kepastian. Lalu, aku dan orang-orang bersangkutan digerakkan oleh Allah untuk menyiapkan segala keperluan untuk keberangkatan ke Australia seperti koper dan isinya, uang, dan sebagainya. Beberapa hari yang lalu, meski belum ada kabar visa, aku sudah 95% menyelesaikan packing koperku. Itu berarti, aku, eh orang tua deng, sudah mengeluarkan uang banyak: untuk memperbaiki koper, beli beberapa pakaian, dan lain-lain. At the end, today, all praises are Allah's, aku sudah mendapatkan visa.

Di masa penantian visa, aku bertanya-tanya ada apakah gerangan yang membuat kabar visa tidak tiba juga. Padahal temanku yang menjadi language assistant tahun lalu bisa mendapat visa setengah bulan dari selesainya urusan aplikasi visa. Di saat itulah, aku jadi terpikir akan beberapa dosa, padahal banyak dosa yang telah kubuat. Semoga Allah mengampuniku. Aamiin. Aku jadi ingat bahwa tanggal 7 di bulan Januari tahun ini, aku lalai. 

Di tanggal 7 itu, temanku yang baru pulang dari Inggris membawa coklat. Wuih, coklat, I like it, sehingga serta merta aku menghampirinya dan mengambil sebungkus. Eit, beberapa saat kemudian, sebelum aku makan coklat, aku ingat untuk melihat ingredients-nya dan label halal. Ternyata, tidak ada label halal dan di Ingredients kutemukan kode E471. Agak inget, agak lupa, tapi perasaan kode itu katanya mengandung babi. Tapi saat itu aku abaikan kekhawatiran mengandung babinya. Karena teman-teman yang lain langsung melahapnya dan coklatnya pun menggoda, aku langsung melahapnya dengan nikmat. Ketika aku tiba di rumah hari itu, aku teringat tentang kode tersebut. Aku segera cari di internet tentang makanan haram. Ternyata, kode itu termasuk jenis bahan makanan yang mengandung babi. Wadezig!! Lalai! Ampun ya Allah, 40 hari ibadahku bisa tak diterima. Hari ini adalah hari ke-40 sekian. Barangkali ini yang menghambat visaku? Barangkali selama 40 hari sejak tanggal 7, do'a-do'aku termasuk tentang visa tak terkabul karena itu? Aku mohon ampun pada Allah, dan mohon Allah membimbingku agar tidak terjadi yang demikian lagi. Aamiin.