Rabu, 09 Januari 2013

This begins this

Bulan Nopember 2012, dapatlah aku kabar dari temanku bahwa Language Assistant Program telah dibuka. Awalnya, tidaklah aku berkeinginan sangat untuk mengikutinya sehingga akupun tidak memberitahu orang tua atau kedua saudaraku untuk mengkonsultasikannya. Namun, di hari yang sama, ibuku menelponku tentang informasi itu dan menurutnya tiada salah jika aku mengikutinya.
    "Loh ko bisa ibu dapat informasi itu!" ujarku dalam hati.
    Ternyata ibu mendapat informasi itu dari teman sejawatnya di sekolah yang merupakan alumni kampusku.
    Aku pun jadi berpikir apa ini jalanku untuk bisa berpetualang di negeri asing dimana bahasa Inggris digunakan oleh mayoritas penduduknya? Petualangan yang menjadi pengalaman berhargaku sebagai guru bahasa Inggris kini dan nanti. Tanpa pikir panjang lagi, di hari yang sama pun aku bertolak ke kampus untuk mencari informasi detail tentang program itu. Kemudian akupun mengajukan aplikasi.
    Beberapa hari kemudian, semua aplikan dipanggil wawancara. Sejak itulah diketahui bahwa ada 21 orang aplikan. Beberapa di antara kami berjilbab dan 2 di antaranya berjilbab panjang, termasuk aku. Setelah menunggu pewawancara beberapa lama, satu per satu dari kami masuk ke ruangan dan diwawancara. satu per satu pula yang keluar setelah wawancara, diwawancara kembali oleh beberapa aplikan yang lain mengenai hal-hal yang diwawancarakan. Tidak bisa tidak, aku ikut mendengarkan tentunya sehingga aku tahu apa yang akan ditanyakan saat wawancara dan sehingga aku merasa cukup minder karena salah satu hal yang ditanyakan adalah kemampuan di bidang seni. Di saat yang sama, yang ku lakukan adalah berdo'a dengan menggerakkan bibir tapi tanpa suara dan dengan hati penuh pengharapan.  Aku berharap aku bisa berhasil dalam wawancara ini karena aku tidak ingin mengecewakan ibuku yang dari awal mendukungku. Aku berdo'a dan terus berdo'a, "Robbisyrohli shodrii, wassirli amrii, wahluluqdatammillisani yafqohu qoulii." hingga giliranku tiba.
     Sesuai dengan yang dikatakan aplikan sebelumnya, aku ditanya mengenai kemampuan bahasa Indonesiaku. Aku ditanya mengenai proses morfologi suatu kata. Alhamdulillah, itu adalah salah satu kuliah favoritku sehingga aku pun tahu apa jawabannya. Aku pun ditanya mengenai kemampuanku di bidang seni. Dengan jujur aku katakan, aku pernah belajar menari Serimpi  dan suling bambu sewaktu SMP tapi jika diminta melakukannya sekarang aku tak yakin aku bisa. Kemudian, aku pun diminta untuk melakukan sedikit simulasi mengajar bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Di situ aku mulai bingung dan tidak yakin karena biasanya aku mengajar bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris tapi saat itu aku diminta melakukan sebaliknya.
      Setelah wawancara selesai, aku keluar ruangan dengan sedikit kecewa karena khawatir aku bukanlah orang yang sesuai kriteria untuk jadi language assistant. Walaupun demikian, aku masih berharap karena aku ingin kali ini berhasil sehingga menjadi kabar gembira bagi orang tua dan saudara-saudaraku terutama ibu. Sampai-sampai ketika pulang, hujan turun, harapan yang kupanjatkan dalam hati adalah agar aku lolos seleksi menjadi language assistant di Australia.
     Beberapa hari kemudian, di hari Jum'at pagi, di saat aku akan mengajar, aku mendapat sms yang berisi kabar lolosnya aku menjadi language assistant. Saat itu, betapa sangat gembiranya hatiku dicampur rasa gugup, haru, dan sebagainya tak menentu. Namun, tentunya ini sesuai harapanku dan ini merupakan kabar gembira untuk ibu, bapak, dan saudara-saudaraku.
     Semoga ini langkah yang baik yang bisa mengantarkanku mendapatkan pengalaman yang membuatku jadi lebih baik sebagai hamba Allah, sebagai guru bahasa Inggris, sebagai makhluk sosial, dan sebagainya. aamiin.